Lulu menikmati kesenangan diri dengan jari-jarinya yang mahir meneroka keinginan paling intimnya. Kereta itu menjadi pentas intimnya, tempat perlindungan mudah alih untuk perjalanan ekstasinya.
Lulu, seorang vixen yang memikat, terperangkap dalam keretanya yang terhenti di tepi jalan, enjinnya senyap seperti keinginannya yang semakin meningkat. Satu-satunya sahabatnya adalah jam menggeletek dan keperluannya yang berdenyut. Dengan tidak ada orang lain di sekeliling untuk memuaskan nafsu duniawinya, dia memutuskan untuk mengambil perkara ke dalam tangannya sendiri. Dia mengisi tempat duduk penumpangnya dengan pelbagai barangan intim, masing-masing berfungsi sebagai alat untuk memuaskan dirinya sendiri, menjelajahi fantasi liarnya, satu demi satu nafas yang terengah, meninggalkan setiap nafasnya yang tidak tertahan, menjelma di antara jari-jarinya dan mendesah, setiap nafas yang terhenti.